Skip to content
Home » Deteksi Happy Hypoxia melalui fitur Blood Oxigen dalam Wish Smartwatch

Deteksi Happy Hypoxia melalui fitur Blood Oxigen dalam Wish Smartwatch

  • by

Happy Hypoxia

Akhir – akhir ini istilah happy hypoxia ramai diperbincangkan, pasalnya istilah ini sering dikaitkan dengan Covid 19 yang sedang mewabah seluruh dunia. Seorang pasien Covid 19 yang terkena gejala happy hypoxia bisa tiba-tiba meninggal dunia tanpa ada gejala. Banyak kasus menunjukan pasien Covid-19 dengan happy hypoxia, mendadak sesak nafas berat, dan akhirnya meninggal dunia.

Happy hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah. Kondisi tersebut membuat seseorang mengalami masalah dalam pernapasan berupa sesak napas atau dispnea. Namun, studi terbaru dari Loyola University Health System, yang ditulis Science Daily mengungkapkan fakta terbaru. Studi ini menyatakan, pengidap COVID-19 yang mengalami happy hypoxia masih bisa beraktivitas tanpa masalah dan tidak mengalami sesak napas. Menurut penulis dari penelitian tersebut, kondisi tersebut masih sangat membingungkan para dokter karena dianggap bertentangan dengan biologi dasar.

Happy hypoxia disebut juga silent hypoxia atau hypoxemia, sebuah kondisi ketika tubuh tidak merasakan gejala seperti sesak napas, tapi jika kadar oksigen dalam jaringan diperiksa, akan didapati hasil yang sangat rendah.

Perlu diketahui bahwa tekanan oksigen dalam arteri yang normal berada di kisaran 75 sampai 100 milimeter merkuri atau mm Hg. Bila tekanan oksigen berada di bawah 60 mm Hg, hal itu menunjukkan bahwa tubuh memerlukan oksigen tambahan. Sementara bila diperiksa dengan menggunakan pulse oksimetri, konsentrasi oksigen dalam jaringan yang normal adalah 95-100 persen. Di bawah nilai tersebut berarti oksigen di dalam tubuh rendah.

Hypoxia adalah kondisi yang sangat berbahaya. Tanpa oksigen yang cukup, otak, ginjal dan berbagai organ dalam tubuh dapat rusak hanya dalam beberapa menit setelah gejala dimulai. Bila kadar oksigen dalam darah terus menurun, organ-organ tersebut dapat mati dan hal ini mengancam jiwa.

COVID-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, dan pada kasus yang parah, penyakit tersebut dapat mengurangi jumlah oksigen yang dapat diserap paru-paru. Itulah mengapa tingkat oksigen darah yang sangat rendah ditemukan pada sejumlah pasien COVID-19 di Indonesia.

Mengingat happy hypoxia sangat berbahaya bila tidak ditangani segera, penting bagi pengidap COVID-19 untuk mewaspadai gejala kondisi tersebut. Salah satu start up asal Sleman, Yogyakarta menciptakan sebuah piranti yang dapat mendeteksi dini gejala happy hypoxia. Melalui produk mereka Wish Smartwatch yang telah dilengkapi fitur Heart Rate dimana mampu untuk mengukur detak jantung secara otomatis (hasil ditampilkan dalam BPM).

Cara kerja smartwatch dalam mendeteksi heart rate penggunanya ialah saturasi denyut nadi dan oksigen diukur dengan perbedaan transmisi cahaya yang disebabkan oleh denyut pembuluh darah di jaringan manusia. Sensor terdiri dari sumber cahaya dan konverter fotolistrik, yang dipasang ke jari, pergelangan tangan atau daun telinga pasien dengan perban atau penjepit. Sumber cahaya biasanya diarahkan pada panjang gelombang tertentu (lampu merah pada 660nm dan cahaya inframerah pada 900nm) yang selektif untuk hemoglobin beroksigen (Hb02) dan hemoglobin (Hb) dalam darah arteri. Ketika pancaran sinar melewati darah perifer tubuh manusia, transmisi berkas berubah karena perubahan volume kongestif denyut arteri. Pada saat ini, konverter fotolistrik menerima cahaya yang dipantulkan dari jaringan manusia, mengubahnya menjadi sinyal listrik, dan memperkuat serta mengeluarkannya.

Karena denyut nadi adalah sinyal yang berubah secara berkala dengan detak jantung, dan volume pembuluh arteri juga berubah secara berkala, periode perubahan sinyal listrik dari konverter fotolistrik adalah denyut nadi. Proses tersebut kemudian dapat mengukur laju pemompaan darah, memberikan Anda data detak jantung secara real-time.

kunjungi https://widyaimersif.com/wish-health-smartwacth untuk info wish smart watch.